Dalam era saat ini, Semangat keislaman dan wirausaha harus bersinergi untuk
menciptakan kondisi umat Islam yang mampu menjadi para muzakki (pembayar zakat)
baru. Melihat kondisi muslim Indonesia mayoritas adalah pekerja, maka lembaga
pendidikan memang harus berkontribusi untuk mencetak kader masyarakat menjadi
seorang muzakki.
“Islam mengajarkan untuk membayar zakat, bukan mencari zakat. Memberi sedekah
bukan mencari sedekah,” ujar pengasuh Pesantren Ekonomi Darul Uchwah KH Marsudi
Syuhud, dalam pengajian rutin pagi. Seperti diterapkan dalam pesantren yang
dibangun sejak 2011 itu yang bercita-cita untuk mencetak para pengusaha.
Sesuai ajaran Islam, KH. Marsudi Syuhud menyatakan pesantren ingin menyebarkan
pesan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Sehingga, para santri
didorong agar bisa menjadi generasi pembayar zakat.
Marsudi menyampaikan, Rasulullah SAW merupakan sosok teladan karena
telah mulai berbisnis sejak usia belia. “Saat ini peluang wirausaha masih
terbuka lebar. Jadi mari kita dorong untuk bisa berbisnis dan menjadi pembayar
zakat,” ujar Kiai.
Standar negara maju, yaitu memiliki wirausahawan sebanyak minimal tujuh
persen dari total warga negaranya. Singapura salah satu contoh negara tetangga
paling terdekat yang sudah mencapai hal itu. Marsudi mengakui, jumlah
wirausahawan di Indonesia baru mencapai 1,6 persen.
Pesantren tersebut pun kini tengah mengembangkan usaha reksa dana yang
dinamai House of Brotherhood Fund. Upaya menggalang dana investasi
tersebut kini sedang dalam tahap pengurusan berkas dan secepatnya akan
diluncurkan. Kiai berharap, upaya tersebut bisa menjadi lapangan nyata untuk para
santri karena bisa bertemu dengan professional yang menyuntikkan dana.
Dengan visi ekonomi yang mantap bukan berarti santri kehilangan sentuhan
pesantren. Kegiatan pesantren pada umumnya tetap menjadi kurikulum dasar.
“Istighotsah dan membaca manaqib seperti ini adalah kekuatan untuk
menghubungkan orang,” ujar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini.
Saat ini, jumlah santri di Pesantren Ekonomi Darul Uchwah terbatas hanya
sebanyak 200 orang karena keterbatasan ruang asrama. Kiai mengaku, pihaknya
kini tengah berupaya mengembangkan pesantren tersebut untuk menampung lebih
banyak santri.
KH. Marsudi SYuhud saat kedatangan tamu dari Malaysia |
Tidak ada komentar: